Max Weber (1864-1920) seorang ahli
sosiologi Jerman yang lahir di Erfurt, Thungiria tahun 1864. Ketika masih
kecil, Weber adalah seorang anak yang pemalu dan sering sakit tetapi sangat
jenius. Dia membaca dan menulis sesuatu secara ilmiah sejak dia masih
remaja.Dia memberontak terhadap otoritas-otoritas guru-gurunya,dan berpendapat
bahwa sekolah yang rutin itu membosankan dan minat intelektual dari teman-teman
sebayanya sangat tidak karuan. Pada usia delapan belas tahun, Weber mempelajari
hukum di Universitas Heidelberg.
Perhatian
Weber tertuju pada bidang teori mengenai pengaruh ide-ide atau ideal-ideal dan
kepentingan dalam mengendalikan perilaku manusia tergambar dalam
keluarganya.Ayahnya, Herman Baumgarten memberikan prioritas pada kepentingan
politik dan ekonomi, sedangkan ibunya Helene F Weber dan keluarga Baumgarten
memberikan prioritas kepada ideal-ideal etika protestantisme. Pengaruh dari
kedua orangtua inilah yang melatarbelakangi ideal-ideal Weber.
Max Weber merupakan salah satu
perintis utama studi mengenai organisasi. Weber hidup dalam situasi masyarakat
yang penuh perubahan. Pada masa itu Eropa terjadi hidup situasi masyarakat yang
penuh perubahan. Pada masa itu Eropa terjadi peningkatan besar-besaran dalam
proses industrialisasi serta dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Weber merupakan salah satu diantara beberapa pemikir yang menaruh perhatian
besar pada perubahan-perubahan tersebut.
Konsep Weber yang paling monumental
adalah analisisnya mengenai tipe ideal birokrasi yang kemudian menempatkannya
sebagai salah satu tokoh terpenting di antara banyak perintis Teori Organisasi.
Konsep Weber tentang birokrasi sangat berbeda dengan pandangan umum yang
melihat sisi negatip dari birokrasi. Weber mengkonsepsikan birokrasi sebagai tipe
ideal, yang dalam kenyataannya tidak akan pernah dijumpai satu birokrasi pun
yang memiliki kesamaan secara sempurna dengan tipe idealnya Weber. Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai tipe otoritas, bentuk
organisasi sosial dan konsep birokrasi dari Max weber itu sendiri.
A.
Tipe Otoritas
Tindakan-tindakan sosial individu
(dengan makna-makna yang berkaitan) membentuk bangunan dasar untuk
struktur-struktur sosial yang lebih besar. Dalam The Theory of Social Economic Organization, Weber meletakan dasar
ini dengan mengembangkan serangkaian distingsi-distingsi tipologis yang
bergerak dari tingkatan hubungan sosial ke tingkatan keteraturan ekonomi dan
sosial politik. Konsep legitimasi keteraturan sosial mendasari analisa Weber
mengenai institusi ekonomi, politik dan agama serta interpretasinya mengenai
perubahan sosial. Stabilitas keteraturan sosial yang absah tidak tergantung
semata-mata pada kebiasaan saja
(artinya, uniformitas perilaku tidak diperkuat oleh sanksi eksternal) atau pada
kepentingan diri individu yang
terlibat. Sebaliknya, itu didasarkan pada penerimaan
individu akan norma-norma atau peraturan-peraturan yang mendasari
keteraturan itu sebagai sesuatu yang bisa diterima atau diinginkan. Norma-norma
atau peraturan-peraturan ini mungkin/bisa didasarkan pada konvensi dan hukum. Pembedaan
diantara keduanya adalah bahwa hukum diperkuat oleh suatu badan khusus,
sedangkan konvensi didukung oleh tanggapan masyarakat pada umumnya.
Weber menunjukan empat dasar legitimasi
yang berbeda-beda, yang mencerminkan tipologi tindakan sosial seperti berikut :
1. Karena tradisi; suatu kepercayaan akan legitimasi mengenai apa
yang sudah selalu ada ;
2. Berdasarkan sikap-sikap efektual, terutama emosi, yang
melegitimasi validitas mengenai apa yang baru diungkapkan atau suatu model
untuk ditiru;
3. Berdasarkan kepercayaan rasional akan suatu komitmen absolut dan
terakhir;
4. Karena dibentuk dalam suatu cara yang diakui sebagai yang sah.
Kepentingan diri individu
mungkin dipenuhi dengan jalan mematuhi peraturan-peraturan suatu keteraturan
sosial, tetapi ini bukanlah merupakan
dasar pokok untu stabilitasnya yang langgeng. Sebaliknya, stabilitasnya
terletak pada salah satu atau lebih dasar-dasar legitimasi diatas.
Hubungan sosial dalam berbagai tipe
keteraturan sosial yang baru diperlihatkan itu menunjukan keanekaragaman yang
berbeda-beda. Weber mengidentifikasikan beberapa tipe yang berbeda, tetapi dia
khusunya tertarik pada hubungan yang muncul dalam organisasi dalam suatu
struktur otoritas yang mapan, artinya suatu struktur dimana individu-individu
yang diangkat, bertanggung jawab untuk mendukung keteraturan sosial itu. Hubungan
seperti itu, kalau tertutup untuk orang luar, kecuali kalau mereka
diperbolehkan menurut peraturan, dapat dilihat sebagai “kelompok yang berbadan
hukum” (coorporate group). Kalau
hubungan itu bersifat asosiatif (rasional) dna bukan komunal (emosional),
meliputi staf administratif dan tunduk pada suatu tipe kegiatan tertentu yang
terus-menerus, maka hubungan itu menunjukan pada “organisasi yang berbadan
hukum”. (Hubungan asosiatif
didasarkan pada persetujuan rasional; hubungan komunal meliputi perasaan subyektif).
Organisasi yang berbadan hukum yang
didirikan berdasarkan persetujuan kontraktual mungkin mencerminkan
kepentingan-kepentingan dari mereka yang termasuk di dalamnya yang sesuai satu
sama lain, atau mendasarkan dirinya pada suatu landasan kekuatan atau kontrol
atas sumber-sumber yang langka. Namun perhatian Weber yang utama adalah pada
landasan keteraturan sosial yang absah. Ini berarti bahwa keteraturan sosial
dan pola-pola dominasi yang berhubungan dengan itu diterima sebagai yang benar,
baik oleh mereka yang tunduk pada suatu dominasi maupun mereka yang dominan.
Pola-pola dominasi mencerminkan terutama strukutur otoritas, bukan struktur kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
melaksanakan kemauan seseorang walaupun mendapat perlawanan; otoritas adalah hak untuk mempengaruhi karena didukung
oleh peraturan dan norma yang mendasari
keteraturan sosial. Penggunaan otoritas tergantung pada kerelaan pihak bawahan
untuk patuh pada perintah orang yang memiliki otoritas. Tingkat kerelaan ada
macam-macam dalam situasi yang berbeda-beda. Tambahan pula, mereka yang berasa
dalam posisi otoritas biasanya mempuanyai engan struktur kepentingan untuk
memperkuat kepercayaan akan legitimasi.
Weber mengidentifikasi tiga dasar
legitimasi yang utama dalam hubungan otoritas; ketiganya dibuat berdasarkan
tipologi tindakan sosial yang sudah kita lihat di depan. Masing-masing tipe
berhubungan dengan tipe struktur administratifnya sendiri dan dinamika
sosialnya sendiri yang khusus. Tipe-tipe ini, dalam hubungannya dengan struktur
administratif terbagi menjadi tiga ototritas yakni ototritas tradisional,
karismatik dan legal rasional.
1. Otoritas tradisional
Otoritas tradisional adalah otoritas di mana legitimasi tokoh
otoritas didasarkan sekitar kustom. Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol
diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat dilaksanakan dengan cara yang
cukup diktator. Ini adalah jenis otoritas dalam mana hak-hak tradisional
individu yang kuat dan dominan atau kelompok diterima atau setidaknya tidak
ditantang oleh individu bawahan. Hal ini bisa agama suci atau spiritual bentuk
mapan dan pelan-pelan berubah budaya atau suku keluarga atau struktur marga
jenis.
Individu yang dominan bisa menjadi imam pemimpin klan kepala
keluarga atau beberapa tokoh patriarkal lain atau elit dominan mungkin
mengatur. Dalam banyak kasus otoritas tradisional didukung oleh mitos atau
koneksi ke artefak suci sosial seperti sebuah salib atau bendera dan dengan
struktur dan institusi yang melanggengkan otoritas ini. Secara historis
otoritas tradisional telah menjadi bentuk yang paling umum di kalangan
pemerintah. Contoh dari hal ini adalah raja dan ratu dalam sistem monarki
Inggris yang harus milik keluarga tertentu untuk mendapatkan posisi mereka.
Otoritas tradisional seringkali didominasi pra-modern masyarakat.
Hal ini didasarkan pada keyakinan pada kesucian tradisi tentang kemarin yang
kekal. Karena pergeseran motivasi manusia seringkali sulit bagi orang modern
untuk memahami palka bahwa tradisi yang ada dalam masyarakat pra-modern.
Menurut Weber otoritas tradisional adalah sarana yang
ketidaksetaraan yang diciptakan dan dipelihara. Jika tidak ada yang menantang
otoritas tradisional atau pemimpin kelompok pemimpin akan tetap dominan. Juga
baginya blok kekuasaan tradisional perkembangan rasional-legal bentuk otoritas
sudut pandang dia sangat parsial untuk.
2.
Otoritas Karismatik
Otoritas karismatik ada ketika kontrol orang lain
didasarkan pada karakteristik pribadi seseorang seperti keahlian etis heroik
atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi karena orang merasa
ikatan emosional yang kuat kepada mereka. Hitler Gandhi Napoleon dan Julius
Caesar semua pemimpin karismatik. Apakah kekuatan tersebut sebenarnya ada tidak
relevan fakta bahwa pengikut percaya bahwa kekuatan seperti itu ada adalah apa
yang penting.
Weber menganggap karisma menjadi mengemudi dan kekuatan
kreatif yang surge melalui otoritas tradisional serta peraturan yang ditetapkan.
Satu-satunya dasar otoritas karismatik adalah pengakuan atau penerimaan dari
klaim pemimpin oleh pengikut. Otoritas karismatik bisa menjadi revolusioner di
alam menantang otoritas tradisional dan terkadang rasional-hukum. Tipe otoritas
ini dengan mudah bisa berubah menjadi otoritas tradisional di mana kekuasaan
tersebut dilakukan oleh mereka yang mengelilingi pemimpin karismatik.
Otoritas karismatik merupakan kebalikan dari kegiatan rutin
dan merupakan keinginan untuk gangguan dan perubahan tatanan sosial yang
berlaku. Ini adalah bagian penting dari dialektika antara kebutuhan manusia
untuk struktur dan kebutuhan sama-sama manusia untuk variasi dan inovasi dalam
masyarakat. Otoritas karismatik berbeda dari otoritas rasional atau tradisional
karena berkembang bukan dari tatanan yang sudah mapan atau tradisi melainkan
dari kepercayaan khusus pemimpin karismatik dalam menginduksi pengikutnya
kekuatan aneh dia pameran dan kualitas unik yang dimilikinya. Menurut Weber
sulit bagi para pemimpin karismatik untuk mempertahankan otoritas mereka karena
pengikut harus terus melegitimasi otoritas ini. Ada kebutuhan bagi pemimpin
karismatik untuk terus menunjukkan kinerja kepemimpinan untuk pengikutnya agar
memperkuat legitimasi kekuasaannya.
3.
Otoritas Legal
Rasional
Otoritas yang didasarkan pada komitmen terhadap seperangkat
peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal disebut
weber dengan istilah otoritas legal-rasional. Tipe ini sangat erat kaitannya
dengan rasionalitas instrumental. Tipe ini berbeda dengan otoritas tradisional
dan karismatik dalam sifat impersonal pelaksanaannya. Singkatnya, orang yang
sedang melaksanakan ototritas legal-rasional adalah karena dia memiliki suatu
posisi sosial yang menurut peraturan yang sah didefinisikan sebagai memiliki
posisi otoritas. Bawahan tunduk pada otoritas karena posisi sosial yang mereka
miliki mengharuskan hal tersebut dalam bidang-bidang tertentu.
Seleksi terhadap orang-orang untuk menduduki posisi
otoritas itu atau posisi bawahan juga diatur secara eksplisit oleh peraturan
yangs ecara resmi adalah sah. Misalnya, peraturan mungkin menjelaskan
persyaratan-persyaratan tertentu menurut pendidikan atau keahlian. Bagaimanapun
juga komitmen individu terhadap hubungan yang meliputi penggunaan otoritas legal-rasional
berlandaskan pada komitmennya yang lebih umum terhadap peraturan-peraturan impersonal
yang mendefinisikan dan mengatur hubungan itu. Singkatnya, peraturan-peraturan
itu apabila diundangkan menurut prosedur yang diterima dan sah, dilihat sebagai
sesuatu yang mengikat dan absah.
B. Bentuk Organisasi Birokratis
Otoritas
legal Rasional dapat mengambil varietas bentuk-bentuk struktural, tetapi bentuk
yang paling menarik perhatian weber ialah birokrasi, yang dianggap sebagai
“tipe pelaksanaan otoritas legal yang paling murni”. Analisa
Max Weber yang sangat terkenal mengenai organisasi birokrasi berbeda dengan
sikap yang umumnya terdapat di masa kini yang memusatkan perhatiannya pada
birokrasi yang tidak efisien, boros dan nampaknya tidak rasional lagi.
Sebaliknya, dalam membandingkan birokrasi dengan bentuk-bentuk administrasi
tradisional kuno yang didasarkan pada keluarga besar (extended family) dan
hubungan pribadi, Weber melihat birokrasi modern sebagai satu bentuk organisasi
sosial yang efisien, sistematis dan dapat diramalkan. Seperti yang dilihatnya
langsung dalam masyarakat sendiri, yang dikuasai ketika sedang berada di bawah
birokrasi militer dan birokrasi politik Prusia, dan ketika dia melihat
perkembangan sistem administrasi industri dan administrasi politik nasional di
negara-negara Barat lainnya,dia mendapat kesan bahwa perkembangan dunia modern
ditandai oleh semakin besarnya pengaruh birokrasi. Bentuk organisasi sosial
birokratis, yang mencerminkan suatu tingkat rasionalitas instrumental yang
tinggi, mampu berkembang pesat dengan menggeser bentuk-bentuk tradisional hanya
karena efesiensinya yang besar itu.
Sebagian besar analisa Weber mengenai birokrasi mencakup
karakteristik-karakteristik yang istimewa, yang dilihatnya sebagai tipe ideal.
Tipe ideal meliputi seleksi atas ciri-ciri suatu gejala empirik yang
kelihatannya behubungan secara logis dan berarti, meskipun kerangka atau ciri-ciri ini secara empirik
tidak pernah ada dalam bentuk murni. Misalnya tipe ideal mengenai birokrasi
menekankan sifat hubungan sosial yang impersonal, tetapi organisasi birokratis
yang sebenarnya tidak pernah sepenuhnya mengabaikan atau mencegah timbulnya
hubungan-hubungan pribadi.
Birokrasi
Khas-Ideal Weber melukiskan birokrasi-birokrasi dalam istilah tipikal ideal:
“Dari
suatu sudut pandang teknis belaka, suatu birokrasi mampu mencapai derajat
efisiensi tertinggi, dan dalam pengertian itu secara formal birokrasi adalah
alat paling rasional yang diketahui bagi pelaksanaan otoritas atas umat
manusia. Birokrasi lebih unggul dibandingkan setiap bentuk pelaksanaan otoritas
lainnya dalam hal presisi,stabilitas, keketatan displinnya, dan dalam
keandalannya. Oleh sebab itu, birokrasi memungkinkan derajat kalkulabilitas
hasil yang sangat tinggi untuk para kepala organisasi dan untuk orang-orang
yang bertindak terkait dengannya. Akhirnya, birokrasi lebih unggul baik dalam
hal efisiensi intensif maupun dalam hal cakupan kegiatannya dan secara formal
dapat diterapkan kepada segala jenis tugas administratif.” (Weber, 1921/1968:223)
Meskipun ada diskusinya mengenai
sifat-sifat positif birokrasi, disana-sini didalam karyanya, ada ambivalensi
fundamental dalam sikapnya terhadap birokrasi. Kendati Weber memerinci
keuntungan-keuntungan birokrasi, dia sadar betul atas masalah-masalah yang
ditimbulkannya. Weber mengungkapkan berbagai keberatan tentang
organisasi-organisasi birokratik. Contohnya, dia sadar atas “kelakuan
birokrasi” (red tape) yang sering
membuat urusan dengan birokrasi begitu menjengkelkan dan begitu sulit. Akan
tetapi, ketakutannya yang utama ialah, bahwa rasionalisasi yang mendominasi
semua aspek kehidupan birokrasi adalah suatu ancaman bagi kemerdekaan individu.
Seperti dinyatakan weber:
“Tidak
ada mesin yang berfungsi begitu seksama di dunia seperti para aparat manusia
ini dan, yang begitu murah. Kalkulasi rasional mereduksi setiap pekerjaan
menjadi suatu gigi roda didalam mesin birokratis ini dan, ketika melihat
dirinya sendiri dalam kondisi demikian, dia hanya akan menanyakan cara untuk
mengubah dirinya agar bisa menjadi sebuah gigi roda yang agak lebih besar. Nafsu utnuk birokratisasi mendorong kita
menuju keputusan.”
Weber dikejutkan oleh efek-efek birokratisasi dan
yang lebih umum lagi efek-efek rasionalisasi dunia. Birokratisasi hanyalah satu
komponen dari rasionalisasi dunia. Weber tidak melihat ada jalan keluar. Dia
melukiskan birokrasi sebagai lembaga-lembaga yang “escape proof” (tidak bisa dielakkan), “nyaris tidak tergoyahkan,”
dan salah satu diantara hal-hal yang paling sulit dihancurkan sekali ia
dibentuk. Dengan nada yang sama dia merasa bahwa para birokrat individual tidak
dapat “mengeliat keluar” dari birokrasi sekali mereka “dipasang” didalamnya
(untuk pandangan yang kurang mengecutkan hati mengenai birokrasi, liat klagge,
1997). Weber menyimpulkan bahwa “masa depan adalah milik birokratisasi” dan
waktu telah membuktikan prediksinya.
Weber akan mengatakan bahwa pelukisannya atas
keuntungan-keuntungan birokrasi adalah bagian dari gambaran tipikal idealnya
atas cara kerja birokrasi. Birokrasi yang tipikal ideal adalah suatu
pembesar-besaran yang disengaja mengenai sifat-sifat rasional birokrat. Model
yang dibesar-besarkan itu bermanfaat untuk maksud-maksud heuristik dan untuk
mempelajari organisasi-organisasi di dunia nyata, tetapi jangan disalah pahami
sebagai pelukisan yang realistis mengenai cara kerja birokrasi yang
sesungguhnya.
Weber membedakan birokrasi yang ditipikal-ideal dari birokrat yang tipikal-ideal. Dia membayangkan birokrasi sebagai sturktur-struktur dan para birokrat sebagai posisi-posisi yang ada didalam struktur-struktur itu. Weber tidak memberikan suatu psikologi sosial mengenai organisasi atau mengenai para individu yang menghuni birokrasi itu, seperti yang dapat kita harapkan ketika dia berorientasi tindakan atau seperti yang dapat dilakukan para interaksionis simbolik modern.
Birokrasi yang tipikal-ideal adalah suatu tipe
organisasi. Unit-unit dasarnya adalah jabatan-jabatan yang di atur dengan cara
hierarkis disertai aturan-aturan, fungsi-fungsi, dokumen-dokumen tertulis dan
alat-alat pemaksa. Semua itu, pada derajat yang bervariasi, adalah
struktur-struktur berskala besar yang menggambarkan arah pemikiran weber.
Terutama, dia dapat merumuskan suatu birokrasi tipikal-ideal yang berfokus pada
pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan para individu yang ada didalam
birokrasi. Ada suatu aliran pemikiran yang lengkap dalam studi mengenai
organisi-organisasi yang berfokus secara seksama pada level tersebut ketimbang
pada struktur-struktur birokrasi.
Berikut ini adalah sifat-sifat utama birokrasi yang
tipikal-ideal :
1.
Suatu pengaturan
fungsi resmi yang terus menerus diatur menurut peraturan
2.
Suatu bidang keahlian,
yang meliputi:
a.
Bidang kewajiban
melaksanakan fungsi yang sudah ditandai sebagai bagian dari pembagian pekerjaan
yang sistematis
b.
Ketetapan mengenai
otoritas yang perlu dimiliki seseorang yang menduduki suatu jabatan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi ini
c.
Bahwa alat paksaan
yang perlu secara jelas dibatasi serta penggunaanya tunduk ada kondisi-kondisi
terbatas itu
d.
Organisasi kepegawaian
mengikuti prinsip hirarki; artinya pegawai rendahan berada dibawah pengawasan
dan mendapat super visi dari seseorang yang lebih tinggi
e.
Peraturan-peraturan
yang mengatur prilaku soeorang pegawai dapat merupakan peraturan atau nrma yang
bersifat tehnis. Dalam kedua hal itu, kalau penerapannya seluruhnya bersifat
rasional, maka (latihan) spesialisasi diharuskan
f.
Dalam tipe rasional
hal itu merupakan masalah prinsip bahwa para anggtoa staf administratif harus sepenuhnya terpisah dari
peilikan alat-alat produksi atau administrasi
3.
Dalam hal tipe
rasional itu, juga biasanya terjadi bahwa sama sekali tidak ada pemberian
posisi kpegawaiannya oleh seseorang yang sedang menduduki suatu jabatan.
4.
Tindakan-tindakan,
keputusan-keputusan dan eraturan-peraturan administratif dirumuskan dan secara
tertulis
Administrasi birokrasis pada dasarnya terdiri dari
penerapan peraturan-peraturan umum terus menerus secara rutin terhadap hal-hal
khusus oleh para pegawai yang bekerja menurut kemampuan dan wewenag resminya
dan yang mengunakan otoritas untuk tujuan ini serta sumber-sumber yang secara
khusus diperuntukan bagi tujuan ini, dengan suatu catatan mengenai apa yang
harus dibuat.
Satu alasan pokok mengapa bentuk organisas birokratis itu
memiliki efisiensi adalah karena organisasi itu memiliki cara yang secara
sistematis menghubungkan kepentingan individu dan tenaga pendorong dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi. Hal ini dijamin oleh pernyataan bahwa
pelaksanaan fungsi organisasi yang sudah diatur secara khusus menjadi kegiatan
yang utama bagi pekerjaan pegawai birokrasi; sebgai imbalan pelaksanaan fungsi
yang dipercayakan itu, pegawai menerima gaji dan kesempatan untuk kenaikan
pangkat dalam karirnya itu.
Alasan lain mengapa organisasi birokratis itu sangat
efisien adalah karena adanya pemisahan yang tegas dan sistematis antara apa
yang bersifat pribadi, seperti emosi, perasaan, hubungan sosial pribadi, dan
apa yang birokratis.
Dikeluarkannya elemen pribadi dari birokrasi ini berarti bahwa orang-orang dapat
menjamin sebagai orang yang menduduki posisi organisasi, meskipun dalam
tingkatan pribadi mereka tidak mengenal satu sama lain. Dikeluarkanya elemen
pribadi ini juga berarti bahwa keputusan-keputusan serta tindakan pegawai
birokrasi, apakah itu dalam bidang pembentukan kebijaksanaan atau administrasi,
harus diatur menurut tujuan-tujuan atau kebutuhan-kebutuhan organisasi itu
saja, tidak menurut kebutuhan atau keinginan pribadi.
Walaupun suatu organisasi birokrasi bisa memperlihatkan
tingkatan rasionalitas dan daya ramal (predictability)
yang tinggi, tidak berarti bahwa setiap pegawai dalam organisasi itu akan harus
sadar bagaimana semua elemen yang
berbeda-beda dalam organisasi itu saling berhubungan untuk membentuk suatu
sistem yang rasional. Orientasi subyektif
pegawai itu secara individual adalah konsentrasi pada tugasnya yang
khusus, dan mungkin juga hubungan tugas ini dengan tugas-tugas lainnya yang
erat kaitannya.
Rasionalitas organisasi birokrasi berhubungan dengan
pertimbangan-pertimbangan efisiensi teknis serta daya ramalnya, bukan kebutuhan
manusia atau nilai akhir. Dalam beberapa kasus, tujuan organisasi itu secara
keseluruhan atau akibat yang tidak langsung dar fungsi rutinnya sangat
menghambat terpenuhinya kebutuhan manusia, atau mengganggu nilai-nilai yang
terdapat dalam kalangan luas.
Weber mencampurbaurkan perasaan-perasaan dengan dominasi
organisasi birokratis yang bertambah besar. Dia tidak melihat efisiensinya yang
semakin bertambah itu menghasilkan kebahagiaan manusia yang lebih besar atau
membawa kemajuan yang jelas ke suatu bentuk masyarakat yang utopis. Dalam hal
ini dia lebih pesimis daripada Marx yang memimpikan suatu masyarakat tanpa
kelas.
Pertumbuhan dalam bentuk organisasi dan pengawasan yang
semakin ketat serta efisiensi yang mungkin dapat dibuat oleh birokrasi
memperlihatkan suatu jenis kemajuan tertentu, tetapi hal itu membutuhkan suatu
korban yang bersifat psikologis atau emosional. Ikatan-ikatan kesetiaan pribadi
yang memberi arti dan tujuan hidup di masa lampau dirusakkan oleh
impersonalitas birokratis. Kepuasan dan kesenangan mencetuskan perasaan secara
spontan ditekan oleh tuntutan taat pada spesialisasi yang sempit, rasional, dan
sistematis dalam kantor birokratis itu. Singkatnya, logika efisiensi secara
kasarnya menghancurkan perasaan dan emosi manusia secara sistematis, dan
membuat manusia tidak lain daripada sebagai satu bagian, katakanlah sekrup,
dalam suatu mesin birokratis yang raksasa.
Dalam mengembangkan dan meningkatkan bentuk organisasi
birokratis, orang membangun bagi dirinya suatu “kandang besi” (iron cage) dimana pada suatu saat mereka
sadar bahwa mereka tidak bisa keluar lagi dari situ. Proses ini tidak hanya
terbatas pada masyarakat kapitalis; juga terjadi dalam masyarakat sosialis.
Satu-satunya jalan keluar yang dibayangkan Weber adalah impian kosongnya bahwa mungkin kelak akan muncul seorang
pemimpin kharismatik yang akan membuat dobrakan dari cengkraman mesin
birokratis yang tanpa jiwa itu, dan member tempat kembali pada perasaan dan
cita-cita manusia.
Dalam
tipe ideal birokrasi yang rasional yang dikemukakan oleh Weber tersebut jika
dikaitkan dalam perpolitikan sekarang tersirat intisari bahwa seorang pejabat
politik tidak diperkenankan lebih mementingkan kepentingan individualnya
daripada kepentingan umum, sama hanya dalam pilkada, elit birokrasi atau
pejabat birokrasi harus bisa netral karena adanya batasan jabatannya.
Menurut
David Beetham (1975), Weber memperhitungkan tiga elemen pokok dalam konsep
birokrasinya. Pertama, birokrasi dipandang sebagai instrumen teknis. Kedua,
birokrasi dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat,
sepanjang birokrasi mempunyai kecenderungan yang melekat pada penerapan fungsi
sebagai instrumen fungsi tersebut. Ketiga, pengembangan dari sikap ini
karena birokrat tidak mampu memisahkan perilaku mereka dari kepentingannya
sebagai suatu kelompok partikular. Dengan demikian birokrasi dapat keluar dari
fungsinya yang tepat karena anggotanya cenderung datang dari klas sosial yang
partikuler tersebut.
Elemen
kedua dan ketiga dari birokrasi Weberian atas, mengndung pandangan Weber
terhadap peranan politik dalam birokrasi. Ada faktor yang bisa mempengaruhi
proses tipe ideal birokrasi. Kehidupan birokrasi tampaknya sudah diperhitungkan
tidak mungkin bisa dipisahkan dari politik.
Adakah
alternatif lain? Birokrasi adalah salah satu dari
struktur-struktur rasional yang memainkan peran yang kian penting di dalam
masyarakat modern , tetapi orang mungkin bertanya-tanya apakah ada alternatif
untuk struktur birokratis. Jawaban Weber yang jelas dan tegas ialah tidak ada
alternatif yang mungkin: “Kebutuhan-kebutuhan administrasi massa membuat
birokrasi di masa kini benar-benar sangat diperlukan. Pilihanya hanya diantara
birokrasi dan kinerja amatir (dilettantiasm) di bidang administrasi”.
Meskipun kita dapat mengakui bahwa birokrasi adalah
bagian intrinsik kapitalisme modern, kita dapat bertanya apakah masyarakat
sosialis mungkin berbeda. Mungkinkah menciptakan suatu masyarakat sosialis
tanpa birokrasi dan birokrat? Sekali lagi, Weber menjawab dengan tegas “ bila
orang-orang yang tunduk kepada birokratis berusaha mlepaskan diri dari pengaruh
para aparat birokratis yang ada, normalnya hal itu yang hanya mungkin dengan
menciptakan suatu organisasi sendiri yang sama tunduknya kepada proses
birokratis”. Sesungguhnya weber percaya bahwa dalam kasus sosialisme, kita
malah akan melihat suatu pertambhan, bukan pengurangan, birokratisasi. Jika
sosialisme mencapi suatu tingkat efisiensi yang sebanding dengan kapitalisme,
“itu berarti pertambahan yang luar biasa dalam pentingnya birokrat
profesional”.
Dalam kapitalisme paling tidak para pemilik bukan
birokrat sehingga mereka akan mampu mengendalikan para birokrat, tetapi dalam
sosialisme, para pemimpin level puncakpun adalah para birokrat. Oleh karena
itu, Weber percaya bahwa segala masalahnya “kapitalisme memberika
keasempatan-kesempatan terbaik untuk pelestarian kebebasan individu dan
kepemimpinan kreatif dalam suatu dunia birokratis”.
Sekali lagi kita memasuki tema utama dalam karya
Weber” pandanganya bahwa tidak ada sama sekali harapan untuk dunia yang lebih
baik. Dalam pandangan Weber, para sosialis hanya akan memperburuk keadaan
dengan memperluas derajat birokrasi di dalam masyarakat. Weber mencatat: “yang
ada dihadapan kita bukanlah musim panas,tetapi malam kutub dengan kegelapandan
kesukaran akibat es, tidak soal kelompok mana yang sekarang menang secara
eksternal”.
Adakah
Harapan? Secercah cahaya harapan di dalam karya Weber -an
cahaya yang kecil ialah bahwa para profesional yang berada di luar sistem
birokratik dapat mengendalikannya sampai batas tertentu. Di dalam kategori itu,
Weber memasukan para politisi profesional, ilmuwan, intelektual dan bahkan kaum
kapitalis serta kepala tertinggi birokrasi. Conothnya, Weber mengatakan bahwa
para politisi seperti “harus menjadi kekuatan yang menandingi dominasi
birokratis”. Esainya yang terkenal “Politik sebagai Panggilan” (“Politics as a
Vocation”) pada dasarnya suatu permohonan untuk pengembangan para pemimpin
politis dengan seruan untuk melawan kekuasaan birokrasi dan para birokrat. Akan
tetapi, pada akhirnya hal itu tampak sebagai harapan yang agak lemah.
Sesungguhnya, dapat diajukan alasan yang baik bahwa profesional itu hanyalah
aspek lain dari proses rasionalisasi dan bahwa pengembangan mereka hanya
bertindak menpercepat proses itu.
Dalam karya Weber “Gereja’ dan ‘Sekte’ di Amerika
Utara: Suatu sketsa Sosio-Politis Gerejawi” (1906/1985), Colin Loader dan
Jeffrey Alexander (1985) melihat pratanda pemikiran Weber akan diharapkan yang
di berikan oleh etika tanggung jawab dalam menghadapi perluasan birokrasi.
Sekte-Sekte Amerika seperti praktik kaum Quaker, mempraktikan suatu etika
tanggung jawab dengan menggabungkan rasionalitas dan nilai-nilai yang lebih
besar. Rogers Brubaker mendefinisikan etika tanggung jawab sebagai “komitmen
yang memihak kepada nilai-nilai fundamental dengan analisis yang tidak memihak
kepada alat-alat alternatif yang mengejarnya”. Dia mempertentangkan hal itu
dengan etika keyakinan, yaitu suatu
pilihan rasional atas alat-alat sudah ditetapkan dan aktor
mengorientasikan “tindakannya kepada
ralisasi suatu nilai absolut atau tuntutan tidak bersyarat”.
Etika keyakinan
sering mencangkup penarikan diri dari dunia rasional,sementara etika tanggung
jawabmelibatkan suatu perjuangan di dalam dunia untuk mencapai kemanusiaan yang
lebih besar. Etika tanggung jawab setidaknya memberikan setitik harapan dalam
menghadapi serangan gencar rasionalisasi dan birokratisasi.
C. Cara
Pelaksanaan Birokrasi Ideal Rasional Max Weber Secara Singkat
Dalam bukunya, Miftah Toha menyatakan bahwa birokrasi ideal yang
rasional Weber singkatnya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
- Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.
- Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada pejabat atasan dan bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil.
- Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu sama lainnya.
- Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian tugas (job description) masing-masing pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak.
- Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya, yang idealnya dilakukan melalui ujian yang kompetitif.
- Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginannya dan kontraknya dapat diakhiri dalam keadaan tertentu.
- Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang objektif.
- Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
- Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin (Martin Albrow, 1996: 33) dan (Miftah Toha, 2002: 16-17).
mantap artikelnya, sangat membantu.
BalasHapuswww.kiostiket.com