Selasa, 17 September 2013

MAX WEBER : Tindakan Birokrasi


MAX WEBER


Max Weber (1864-1920) seorang ahli sosiologi Jerman yang lahir di Erfurt, Thungiria tahun 1864. Ketika masih kecil, Weber adalah seorang anak yang pemalu dan sering sakit tetapi sangat jenius. Dia membaca dan menulis sesuatu secara ilmiah sejak dia masih remaja.Dia memberontak terhadap otoritas-otoritas guru-gurunya,dan berpendapat bahwa sekolah yang rutin itu membosankan dan minat intelektual dari teman-teman sebayanya sangat tidak karuan. Pada usia delapan belas tahun, Weber mempelajari hukum di Universitas Heidelberg.

Perhatian Weber tertuju pada bidang teori mengenai pengaruh ide-ide atau ideal-ideal dan kepentingan dalam mengendalikan perilaku manusia tergambar dalam keluarganya.Ayahnya, Herman Baumgarten memberikan prioritas pada kepentingan politik dan ekonomi, sedangkan ibunya Helene F Weber dan keluarga Baumgarten memberikan prioritas kepada ideal-ideal etika protestantisme. Pengaruh dari kedua orangtua inilah yang melatarbelakangi ideal-ideal Weber.

Max Weber merupakan salah satu perintis utama studi mengenai organisasi. Weber hidup dalam situasi masyarakat yang penuh perubahan. Pada masa itu Eropa terjadi hidup situasi masyarakat yang penuh perubahan. Pada masa itu Eropa terjadi peningkatan besar-besaran dalam proses industrialisasi serta dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Weber merupakan salah satu diantara beberapa pemikir yang menaruh perhatian besar pada perubahan-perubahan tersebut.

Konsep Weber yang paling monumental adalah analisisnya mengenai tipe ideal birokrasi yang kemudian menempatkannya sebagai salah satu tokoh terpenting di antara banyak perintis Teori Organisasi. Konsep Weber tentang birokrasi sangat berbeda dengan pandangan umum yang melihat sisi negatip dari birokrasi. Weber mengkonsepsikan birokrasi sebagai tipe ideal, yang dalam kenyataannya tidak akan pernah dijumpai satu birokrasi pun yang memiliki kesamaan secara sempurna dengan tipe idealnya Weber. Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai tipe otoritas, bentuk organisasi sosial dan konsep birokrasi dari Max weber itu sendiri.

A.  Tipe Otoritas
Tindakan-tindakan sosial individu (dengan makna-makna yang berkaitan) membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar. Dalam The Theory of Social Economic Organization, Weber meletakan dasar ini dengan mengembangkan serangkaian distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkatan hubungan sosial ke tingkatan keteraturan ekonomi dan sosial politik. Konsep legitimasi keteraturan sosial mendasari analisa Weber mengenai institusi ekonomi, politik dan agama serta interpretasinya mengenai perubahan sosial. Stabilitas keteraturan sosial yang absah tidak tergantung semata-mata pada kebiasaan saja (artinya, uniformitas perilaku tidak diperkuat oleh sanksi eksternal) atau pada kepentingan diri individu yang terlibat. Sebaliknya, itu didasarkan pada penerimaan individu akan norma-norma atau peraturan-peraturan yang mendasari keteraturan itu sebagai sesuatu yang bisa diterima atau diinginkan. Norma-norma atau peraturan-peraturan ini mungkin/bisa didasarkan pada konvensi dan hukum. Pembedaan diantara keduanya adalah bahwa hukum diperkuat oleh suatu badan khusus, sedangkan konvensi didukung oleh tanggapan masyarakat pada umumnya.

Weber menunjukan empat dasar legitimasi yang berbeda-beda, yang mencerminkan tipologi tindakan sosial seperti berikut :
1.    Karena tradisi; suatu kepercayaan akan legitimasi mengenai apa yang sudah selalu ada ;
2.    Berdasarkan sikap-sikap efektual, terutama emosi, yang melegitimasi validitas mengenai apa yang baru diungkapkan atau suatu model untuk ditiru;
3.    Berdasarkan kepercayaan rasional akan suatu komitmen absolut dan terakhir;
4.    Karena dibentuk dalam suatu cara yang diakui sebagai yang sah.
Kepentingan diri individu mungkin dipenuhi dengan jalan mematuhi peraturan-peraturan suatu keteraturan sosial, tetapi ini bukanlah merupakan  dasar pokok untu stabilitasnya yang langgeng. Sebaliknya, stabilitasnya terletak pada salah satu atau lebih dasar-dasar legitimasi diatas.

Hubungan sosial dalam berbagai tipe keteraturan sosial yang baru diperlihatkan itu menunjukan keanekaragaman yang berbeda-beda. Weber mengidentifikasikan beberapa tipe yang berbeda, tetapi dia khusunya tertarik pada hubungan yang muncul dalam organisasi dalam suatu struktur otoritas yang mapan, artinya suatu struktur dimana individu-individu yang diangkat, bertanggung jawab untuk mendukung keteraturan sosial itu. Hubungan seperti itu, kalau tertutup untuk orang luar, kecuali kalau mereka diperbolehkan menurut peraturan, dapat dilihat sebagai “kelompok yang berbadan hukum” (coorporate group). Kalau hubungan itu bersifat asosiatif (rasional) dna bukan komunal (emosional), meliputi staf administratif dan tunduk pada suatu tipe kegiatan tertentu yang terus-menerus, maka hubungan itu menunjukan pada “organisasi yang berbadan hukum”. (Hubungan asosiatif didasarkan pada persetujuan rasional; hubungan komunal meliputi perasaan subyektif).
Organisasi yang berbadan hukum yang didirikan berdasarkan persetujuan kontraktual mungkin mencerminkan kepentingan-kepentingan dari mereka yang termasuk di dalamnya yang sesuai satu sama lain, atau mendasarkan dirinya pada suatu landasan kekuatan atau kontrol atas sumber-sumber yang langka. Namun perhatian Weber yang utama adalah pada landasan keteraturan sosial yang absah. Ini berarti bahwa keteraturan sosial dan pola-pola dominasi yang berhubungan dengan itu diterima sebagai yang benar, baik oleh mereka yang tunduk pada suatu dominasi maupun mereka yang dominan. Pola-pola dominasi mencerminkan terutama strukutur otoritas, bukan struktur kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk melaksanakan kemauan seseorang walaupun mendapat perlawanan; otoritas adalah hak untuk mempengaruhi karena didukung oleh peraturan dan norma yang mendasari  keteraturan sosial. Penggunaan otoritas tergantung pada kerelaan pihak bawahan untuk patuh pada perintah orang yang memiliki otoritas. Tingkat kerelaan ada macam-macam dalam situasi yang berbeda-beda. Tambahan pula, mereka yang berasa dalam posisi otoritas biasanya mempuanyai engan struktur kepentingan untuk memperkuat kepercayaan akan legitimasi.

Weber mengidentifikasi tiga dasar legitimasi yang utama dalam hubungan otoritas; ketiganya dibuat berdasarkan tipologi tindakan sosial yang sudah kita lihat di depan. Masing-masing tipe berhubungan dengan tipe struktur administratifnya sendiri dan dinamika sosialnya sendiri yang khusus. Tipe-tipe ini, dalam hubungannya dengan struktur administratif terbagi menjadi tiga ototritas yakni ototritas tradisional, karismatik dan legal rasional.

1.    Otoritas tradisional
Otoritas tradisional adalah otoritas di mana legitimasi tokoh otoritas didasarkan sekitar kustom. Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat dilaksanakan dengan cara yang cukup diktator. Ini adalah jenis otoritas dalam mana hak-hak tradisional individu yang kuat dan dominan atau kelompok diterima atau setidaknya tidak ditantang oleh individu bawahan. Hal ini bisa agama suci atau spiritual bentuk mapan dan pelan-pelan berubah budaya atau suku keluarga atau struktur marga jenis.
Individu yang dominan bisa menjadi imam pemimpin klan kepala keluarga atau beberapa tokoh patriarkal lain atau elit dominan mungkin mengatur. Dalam banyak kasus otoritas tradisional didukung oleh mitos atau koneksi ke artefak suci sosial seperti sebuah salib atau bendera dan dengan struktur dan institusi yang melanggengkan otoritas ini. Secara historis otoritas tradisional telah menjadi bentuk yang paling umum di kalangan pemerintah. Contoh dari hal ini adalah raja dan ratu dalam sistem monarki Inggris yang harus milik keluarga tertentu untuk mendapatkan posisi mereka.
Otoritas tradisional seringkali didominasi pra-modern masyarakat. Hal ini didasarkan pada keyakinan pada kesucian tradisi tentang kemarin yang kekal. Karena pergeseran motivasi manusia seringkali sulit bagi orang modern untuk memahami palka bahwa tradisi yang ada dalam masyarakat pra-modern.
Menurut Weber otoritas tradisional adalah sarana yang ketidaksetaraan yang diciptakan dan dipelihara. Jika tidak ada yang menantang otoritas tradisional atau pemimpin kelompok pemimpin akan tetap dominan. Juga baginya blok kekuasaan tradisional perkembangan rasional-legal bentuk otoritas sudut pandang dia sangat parsial untuk.

2.    Otoritas Karismatik
Otoritas karismatik ada ketika kontrol orang lain didasarkan pada karakteristik pribadi seseorang seperti keahlian etis heroik atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi karena orang merasa ikatan emosional yang kuat kepada mereka. Hitler Gandhi Napoleon dan Julius Caesar semua pemimpin karismatik. Apakah kekuatan tersebut sebenarnya ada tidak relevan fakta bahwa pengikut percaya bahwa kekuatan seperti itu ada adalah apa yang penting.
Weber menganggap karisma menjadi mengemudi dan kekuatan kreatif yang surge melalui otoritas tradisional serta peraturan yang ditetapkan. Satu-satunya dasar otoritas karismatik adalah pengakuan atau penerimaan dari klaim pemimpin oleh pengikut. Otoritas karismatik bisa menjadi revolusioner di alam menantang otoritas tradisional dan terkadang rasional-hukum. Tipe otoritas ini dengan mudah bisa berubah menjadi otoritas tradisional di mana kekuasaan tersebut dilakukan oleh mereka yang mengelilingi pemimpin karismatik.
Otoritas karismatik merupakan kebalikan dari kegiatan rutin dan merupakan keinginan untuk gangguan dan perubahan tatanan sosial yang berlaku. Ini adalah bagian penting dari dialektika antara kebutuhan manusia untuk struktur dan kebutuhan sama-sama manusia untuk variasi dan inovasi dalam masyarakat. Otoritas karismatik berbeda dari otoritas rasional atau tradisional karena berkembang bukan dari tatanan yang sudah mapan atau tradisi melainkan dari kepercayaan khusus pemimpin karismatik dalam menginduksi pengikutnya kekuatan aneh dia pameran dan kualitas unik yang dimilikinya. Menurut Weber sulit bagi para pemimpin karismatik untuk mempertahankan otoritas mereka karena pengikut harus terus melegitimasi otoritas ini. Ada kebutuhan bagi pemimpin karismatik untuk terus menunjukkan kinerja kepemimpinan untuk pengikutnya agar memperkuat legitimasi kekuasaannya.

3.    Otoritas Legal Rasional
Otoritas yang didasarkan pada komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal disebut weber dengan istilah otoritas legal-rasional. Tipe ini sangat erat kaitannya dengan rasionalitas instrumental. Tipe ini berbeda dengan otoritas tradisional dan karismatik dalam sifat impersonal pelaksanaannya. Singkatnya, orang yang sedang melaksanakan ototritas legal-rasional adalah karena dia memiliki suatu posisi sosial yang menurut peraturan yang sah didefinisikan sebagai memiliki posisi otoritas. Bawahan tunduk pada otoritas karena posisi sosial yang mereka miliki mengharuskan hal tersebut dalam bidang-bidang tertentu.
Seleksi terhadap orang-orang untuk menduduki posisi otoritas itu atau posisi bawahan juga diatur secara eksplisit oleh peraturan yangs ecara resmi adalah sah. Misalnya, peraturan mungkin menjelaskan persyaratan-persyaratan tertentu menurut pendidikan atau keahlian. Bagaimanapun juga komitmen individu terhadap hubungan yang meliputi penggunaan otoritas legal-rasional berlandaskan pada komitmennya yang lebih umum terhadap peraturan-peraturan impersonal yang mendefinisikan dan mengatur hubungan itu. Singkatnya, peraturan-peraturan itu apabila diundangkan menurut prosedur yang diterima dan sah, dilihat sebagai sesuatu yang mengikat dan absah.

B. Bentuk Organisasi Birokratis
Otoritas legal Rasional dapat mengambil varietas bentuk-bentuk struktural, tetapi bentuk yang paling menarik perhatian weber ialah birokrasi, yang dianggap sebagai “tipe pelaksanaan otoritas legal yang paling murni”. Analisa Max Weber yang sangat terkenal mengenai organisasi birokrasi berbeda dengan sikap yang umumnya terdapat di masa kini yang memusatkan perhatiannya pada birokrasi yang tidak efisien, boros dan nampaknya tidak rasional lagi. Sebaliknya, dalam membandingkan birokrasi dengan bentuk-bentuk administrasi tradisional kuno yang didasarkan pada keluarga besar (extended family) dan hubungan pribadi, Weber melihat birokrasi modern sebagai satu bentuk organisasi sosial yang efisien, sistematis dan dapat diramalkan. Seperti yang dilihatnya langsung dalam masyarakat sendiri, yang dikuasai ketika sedang berada di bawah birokrasi militer dan birokrasi politik Prusia, dan ketika dia melihat perkembangan sistem administrasi industri dan administrasi politik nasional di negara-negara Barat lainnya,dia mendapat kesan bahwa perkembangan dunia modern ditandai oleh semakin besarnya pengaruh birokrasi. Bentuk organisasi sosial birokratis, yang mencerminkan suatu tingkat rasionalitas instrumental yang tinggi, mampu berkembang pesat dengan menggeser bentuk-bentuk tradisional hanya karena efesiensinya yang besar itu.

Sebagian besar analisa Weber mengenai birokrasi mencakup karakteristik-karakteristik yang istimewa, yang dilihatnya sebagai tipe ideal. Tipe ideal meliputi seleksi atas ciri-ciri suatu gejala empirik yang kelihatannya behubungan secara logis dan berarti, meskipun  kerangka atau ciri-ciri ini secara empirik tidak pernah ada dalam bentuk murni. Misalnya tipe ideal mengenai birokrasi menekankan sifat hubungan sosial yang impersonal, tetapi organisasi birokratis yang sebenarnya tidak pernah sepenuhnya mengabaikan atau mencegah timbulnya hubungan-hubungan pribadi.
Birokrasi Khas-Ideal Weber melukiskan birokrasi-birokrasi dalam istilah tipikal ideal:
“Dari suatu sudut pandang teknis belaka, suatu birokrasi mampu mencapai derajat efisiensi tertinggi, dan dalam pengertian itu secara formal birokrasi adalah alat paling rasional yang diketahui bagi pelaksanaan otoritas atas umat manusia. Birokrasi lebih unggul dibandingkan setiap bentuk pelaksanaan otoritas lainnya dalam hal presisi,stabilitas, keketatan displinnya, dan dalam keandalannya. Oleh sebab itu, birokrasi memungkinkan derajat kalkulabilitas hasil yang sangat tinggi untuk para kepala organisasi dan untuk orang-orang yang bertindak terkait dengannya. Akhirnya, birokrasi lebih unggul baik dalam hal efisiensi intensif maupun dalam hal cakupan kegiatannya dan secara formal dapat diterapkan kepada segala jenis tugas administratif.” (Weber, 1921/1968:223)
Meskipun ada diskusinya mengenai sifat-sifat positif birokrasi, disana-sini didalam karyanya, ada ambivalensi fundamental dalam sikapnya terhadap birokrasi. Kendati Weber memerinci keuntungan-keuntungan birokrasi, dia sadar betul atas masalah-masalah yang ditimbulkannya. Weber mengungkapkan berbagai keberatan tentang organisasi-organisasi birokratik. Contohnya, dia sadar atas “kelakuan birokrasi” (red tape) yang sering membuat urusan dengan birokrasi begitu menjengkelkan dan begitu sulit. Akan tetapi, ketakutannya yang utama ialah, bahwa rasionalisasi yang mendominasi semua aspek kehidupan birokrasi adalah suatu ancaman bagi kemerdekaan individu. Seperti dinyatakan weber:
“Tidak ada mesin yang berfungsi begitu seksama di dunia seperti para aparat manusia ini dan, yang begitu murah. Kalkulasi rasional mereduksi setiap pekerjaan menjadi suatu gigi roda didalam mesin birokratis ini dan, ketika melihat dirinya sendiri dalam kondisi demikian, dia hanya akan menanyakan cara untuk mengubah dirinya agar bisa menjadi sebuah gigi roda yang agak lebih besar.  Nafsu utnuk birokratisasi mendorong kita menuju keputusan.”

Weber dikejutkan oleh efek-efek birokratisasi dan yang lebih umum lagi efek-efek rasionalisasi dunia. Birokratisasi hanyalah satu komponen dari rasionalisasi dunia. Weber tidak melihat ada jalan keluar. Dia melukiskan birokrasi sebagai lembaga-lembaga yang “escape proof” (tidak bisa dielakkan), “nyaris tidak tergoyahkan,” dan salah satu diantara hal-hal yang paling sulit dihancurkan sekali ia dibentuk. Dengan nada yang sama dia merasa bahwa para birokrat individual tidak dapat “mengeliat keluar” dari birokrasi sekali mereka “dipasang” didalamnya (untuk pandangan yang kurang mengecutkan hati mengenai birokrasi, liat klagge, 1997). Weber menyimpulkan bahwa “masa depan adalah milik birokratisasi” dan waktu telah membuktikan prediksinya.
Weber akan mengatakan bahwa pelukisannya atas keuntungan-keuntungan birokrasi adalah bagian dari gambaran tipikal idealnya atas cara kerja birokrasi. Birokrasi yang tipikal ideal adalah suatu pembesar-besaran yang disengaja mengenai sifat-sifat rasional birokrat. Model yang dibesar-besarkan itu bermanfaat untuk maksud-maksud heuristik dan untuk mempelajari organisasi-organisasi di dunia nyata, tetapi jangan disalah pahami sebagai pelukisan yang realistis mengenai cara kerja birokrasi yang sesungguhnya.

Weber membedakan birokrasi yang ditipikal-ideal dari birokrat yang tipikal-ideal. Dia membayangkan birokrasi sebagai sturktur-struktur dan para birokrat sebagai posisi-posisi yang ada didalam struktur-struktur itu. Weber tidak  memberikan suatu psikologi sosial mengenai organisasi atau mengenai para individu yang menghuni birokrasi itu, seperti yang dapat kita harapkan ketika dia berorientasi tindakan atau seperti yang dapat dilakukan para interaksionis simbolik modern.
Birokrasi yang tipikal-ideal adalah suatu tipe organisasi. Unit-unit dasarnya adalah jabatan-jabatan yang di atur dengan cara hierarkis disertai aturan-aturan, fungsi-fungsi, dokumen-dokumen tertulis dan alat-alat pemaksa. Semua itu, pada derajat yang bervariasi, adalah struktur-struktur berskala besar yang menggambarkan arah pemikiran weber. Terutama, dia dapat merumuskan suatu birokrasi tipikal-ideal yang berfokus pada pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan para individu yang ada didalam birokrasi. Ada suatu aliran pemikiran yang lengkap dalam studi mengenai organisi-organisasi yang berfokus secara seksama pada level tersebut ketimbang pada struktur-struktur birokrasi.
Berikut ini adalah sifat-sifat utama birokrasi yang tipikal-ideal :
1.    Suatu pengaturan fungsi resmi yang terus menerus diatur menurut peraturan
2.    Suatu bidang keahlian, yang meliputi:
a.    Bidang kewajiban melaksanakan fungsi yang sudah ditandai sebagai bagian dari pembagian pekerjaan yang sistematis
b.    Ketetapan mengenai otoritas yang perlu dimiliki seseorang yang menduduki suatu jabatan untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini
c.    Bahwa alat paksaan yang perlu secara jelas dibatasi serta penggunaanya tunduk ada kondisi-kondisi terbatas itu
d.   Organisasi kepegawaian mengikuti prinsip hirarki; artinya pegawai rendahan berada dibawah pengawasan dan mendapat super visi dari seseorang yang lebih tinggi
e.    Peraturan-peraturan yang mengatur prilaku soeorang pegawai dapat merupakan peraturan atau nrma yang bersifat tehnis. Dalam kedua hal itu, kalau penerapannya seluruhnya bersifat rasional, maka (latihan) spesialisasi diharuskan
f.     Dalam tipe rasional hal itu merupakan masalah prinsip bahwa para anggtoa staf  administratif harus sepenuhnya terpisah dari peilikan alat-alat produksi atau administrasi
3.    Dalam hal tipe rasional itu, juga biasanya terjadi bahwa sama sekali tidak ada pemberian posisi kpegawaiannya oleh seseorang yang sedang menduduki suatu jabatan.
4.    Tindakan-tindakan, keputusan-keputusan dan eraturan-peraturan administratif dirumuskan dan secara tertulis

Administrasi birokrasis pada dasarnya terdiri dari penerapan peraturan-peraturan umum terus menerus secara rutin terhadap hal-hal khusus oleh para pegawai yang bekerja menurut kemampuan dan wewenag resminya dan yang mengunakan otoritas untuk tujuan ini serta sumber-sumber yang secara khusus diperuntukan bagi tujuan ini, dengan suatu catatan mengenai apa yang harus dibuat.
Satu alasan pokok mengapa bentuk organisas birokratis itu memiliki efisiensi adalah karena organisasi itu memiliki cara yang secara sistematis menghubungkan kepentingan individu dan tenaga pendorong dengan pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi. Hal ini dijamin oleh pernyataan bahwa pelaksanaan fungsi organisasi yang sudah diatur secara khusus menjadi kegiatan yang utama bagi pekerjaan pegawai birokrasi; sebgai imbalan pelaksanaan fungsi yang dipercayakan itu, pegawai menerima gaji dan kesempatan untuk kenaikan pangkat dalam karirnya itu.

Alasan lain mengapa organisasi birokratis itu sangat efisien adalah karena adanya pemisahan yang tegas dan sistematis antara apa yang bersifat pribadi, seperti emosi, perasaan, hubungan sosial pribadi, dan apa yang birokratis. 
Dikeluarkannya elemen pribadi dari  birokrasi ini berarti bahwa orang-orang dapat menjamin sebagai orang yang menduduki posisi organisasi, meskipun dalam tingkatan pribadi mereka tidak mengenal satu sama lain. Dikeluarkanya elemen pribadi ini juga berarti bahwa keputusan-keputusan serta tindakan pegawai birokrasi, apakah itu dalam bidang pembentukan kebijaksanaan atau administrasi, harus diatur menurut tujuan-tujuan atau kebutuhan-kebutuhan organisasi itu saja, tidak menurut kebutuhan atau keinginan pribadi.

Walaupun suatu organisasi birokrasi bisa memperlihatkan tingkatan rasionalitas dan daya ramal (predictability) yang tinggi, tidak berarti bahwa setiap pegawai dalam organisasi itu akan harus sadar bagaimana semua elemen yang berbeda-beda dalam organisasi itu saling berhubungan untuk membentuk suatu sistem yang rasional. Orientasi subyektif  pegawai itu secara individual adalah konsentrasi pada tugasnya yang khusus, dan mungkin juga hubungan tugas ini dengan tugas-tugas lainnya yang erat kaitannya.

Rasionalitas organisasi birokrasi berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan efisiensi teknis serta daya ramalnya, bukan kebutuhan manusia atau nilai akhir. Dalam beberapa kasus, tujuan organisasi itu secara keseluruhan atau akibat yang tidak langsung dar fungsi rutinnya sangat menghambat terpenuhinya kebutuhan manusia, atau mengganggu nilai-nilai yang terdapat dalam kalangan luas.

Weber mencampurbaurkan perasaan-perasaan dengan dominasi organisasi birokratis yang bertambah besar. Dia tidak melihat efisiensinya yang semakin bertambah itu menghasilkan kebahagiaan manusia yang lebih besar atau membawa kemajuan yang jelas ke suatu bentuk masyarakat yang utopis. Dalam hal ini dia lebih pesimis daripada Marx yang memimpikan suatu masyarakat tanpa kelas.
Pertumbuhan dalam bentuk organisasi dan pengawasan yang semakin ketat serta efisiensi yang mungkin dapat dibuat oleh birokrasi memperlihatkan suatu jenis kemajuan tertentu, tetapi hal itu membutuhkan suatu korban yang bersifat psikologis atau emosional. Ikatan-ikatan kesetiaan pribadi yang memberi arti dan tujuan hidup di masa lampau dirusakkan oleh impersonalitas birokratis. Kepuasan dan kesenangan mencetuskan perasaan secara spontan ditekan oleh tuntutan taat pada spesialisasi yang sempit, rasional, dan sistematis dalam kantor birokratis itu. Singkatnya, logika efisiensi secara kasarnya menghancurkan perasaan dan emosi manusia secara sistematis, dan membuat manusia tidak lain daripada sebagai satu bagian, katakanlah sekrup, dalam suatu mesin birokratis yang raksasa.

Dalam mengembangkan dan meningkatkan bentuk organisasi birokratis, orang membangun bagi dirinya suatu “kandang besi” (iron cage) dimana pada suatu saat mereka sadar bahwa mereka tidak bisa keluar lagi dari situ. Proses ini tidak hanya terbatas pada masyarakat kapitalis; juga terjadi dalam masyarakat sosialis. Satu-satunya jalan keluar yang dibayangkan Weber adalah impian kosongnya  bahwa mungkin kelak akan muncul seorang pemimpin kharismatik yang akan membuat dobrakan dari cengkraman mesin birokratis yang tanpa jiwa itu, dan member tempat kembali pada perasaan dan cita-cita manusia.  

Dalam tipe ideal birokrasi yang rasional yang dikemukakan oleh Weber tersebut jika dikaitkan dalam perpolitikan sekarang tersirat intisari bahwa seorang pejabat politik tidak diperkenankan lebih mementingkan kepentingan individualnya daripada kepentingan umum, sama hanya dalam pilkada, elit birokrasi atau pejabat birokrasi harus bisa netral karena adanya batasan jabatannya.
Menurut David Beetham (1975), Weber memperhitungkan tiga elemen pokok dalam konsep birokrasinya. Pertama, birokrasi dipandang sebagai instrumen teknis. Kedua, birokrasi dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat, sepanjang birokrasi mempunyai kecenderungan yang melekat pada penerapan fungsi sebagai instrumen fungsi tersebut. Ketiga, pengembangan dari sikap ini karena birokrat tidak mampu memisahkan perilaku mereka dari kepentingannya sebagai suatu kelompok partikular. Dengan demikian birokrasi dapat keluar dari fungsinya yang tepat karena anggotanya cenderung datang dari klas sosial yang partikuler tersebut.
Elemen kedua dan ketiga dari birokrasi Weberian atas, mengndung pandangan Weber terhadap peranan politik dalam birokrasi. Ada faktor yang bisa mempengaruhi proses tipe ideal birokrasi. Kehidupan birokrasi tampaknya sudah diperhitungkan tidak mungkin bisa dipisahkan dari politik.

Adakah alternatif lain? Birokrasi adalah salah satu dari struktur-struktur rasional yang memainkan peran yang kian penting di dalam masyarakat modern , tetapi orang mungkin bertanya-tanya apakah ada alternatif untuk struktur birokratis. Jawaban Weber yang jelas dan tegas ialah tidak ada alternatif yang mungkin: “Kebutuhan-kebutuhan administrasi massa membuat birokrasi di masa kini benar-benar sangat diperlukan. Pilihanya hanya diantara birokrasi dan kinerja amatir (dilettantiasm) di bidang administrasi”.
Meskipun kita dapat mengakui bahwa birokrasi adalah bagian intrinsik kapitalisme modern, kita dapat bertanya apakah masyarakat sosialis mungkin berbeda. Mungkinkah menciptakan suatu masyarakat sosialis tanpa birokrasi dan birokrat? Sekali lagi, Weber menjawab dengan tegas “ bila orang-orang yang tunduk kepada birokratis berusaha mlepaskan diri dari pengaruh para aparat birokratis yang ada, normalnya hal itu yang hanya mungkin dengan menciptakan suatu organisasi sendiri yang sama tunduknya kepada proses birokratis”. Sesungguhnya weber percaya bahwa dalam kasus sosialisme, kita malah akan melihat suatu pertambhan, bukan pengurangan, birokratisasi. Jika sosialisme mencapi suatu tingkat efisiensi yang sebanding dengan kapitalisme, “itu berarti pertambahan yang luar biasa dalam pentingnya birokrat profesional”.
Dalam kapitalisme paling tidak para pemilik bukan birokrat sehingga mereka akan mampu mengendalikan para birokrat, tetapi dalam sosialisme, para pemimpin level puncakpun adalah para birokrat. Oleh karena itu, Weber percaya bahwa segala masalahnya “kapitalisme memberika keasempatan-kesempatan terbaik untuk pelestarian kebebasan individu dan kepemimpinan kreatif dalam suatu dunia birokratis”.
Sekali lagi kita memasuki tema utama dalam karya Weber” pandanganya bahwa tidak ada sama sekali harapan untuk dunia yang lebih baik. Dalam pandangan Weber, para sosialis hanya akan memperburuk keadaan dengan memperluas derajat birokrasi di dalam masyarakat. Weber mencatat: “yang ada dihadapan kita bukanlah musim panas,tetapi malam kutub dengan kegelapandan kesukaran akibat es, tidak soal kelompok mana yang sekarang menang secara eksternal”.

Adakah Harapan? Secercah cahaya harapan di dalam karya Weber -an cahaya yang kecil ialah bahwa para profesional yang berada di luar sistem birokratik dapat mengendalikannya sampai batas tertentu. Di dalam kategori itu, Weber memasukan para politisi profesional, ilmuwan, intelektual dan bahkan kaum kapitalis serta kepala tertinggi birokrasi. Conothnya, Weber mengatakan bahwa para politisi seperti “harus menjadi kekuatan yang menandingi dominasi birokratis”. Esainya yang terkenal “Politik sebagai Panggilan” (“Politics as a Vocation”) pada dasarnya suatu permohonan untuk pengembangan para pemimpin politis dengan seruan untuk melawan kekuasaan birokrasi dan para birokrat. Akan tetapi, pada akhirnya hal itu tampak sebagai harapan yang agak lemah. Sesungguhnya, dapat diajukan alasan yang baik bahwa profesional itu hanyalah aspek lain dari proses rasionalisasi dan bahwa pengembangan mereka hanya bertindak menpercepat proses itu.

Dalam karya Weber “Gereja’ dan ‘Sekte’ di Amerika Utara: Suatu sketsa Sosio-Politis Gerejawi” (1906/1985), Colin Loader dan Jeffrey Alexander (1985) melihat pratanda pemikiran Weber akan diharapkan yang di berikan oleh etika tanggung jawab dalam menghadapi perluasan birokrasi. Sekte-Sekte Amerika seperti praktik kaum Quaker, mempraktikan suatu etika tanggung jawab dengan menggabungkan rasionalitas dan nilai-nilai yang lebih besar. Rogers Brubaker mendefinisikan etika tanggung jawab sebagai “komitmen yang memihak kepada nilai-nilai fundamental dengan analisis yang tidak memihak kepada alat-alat alternatif yang mengejarnya”. Dia mempertentangkan hal itu dengan etika keyakinan, yaitu suatu pilihan rasional atas alat-alat sudah ditetapkan dan aktor mengorientasikan  “tindakannya kepada ralisasi suatu nilai absolut atau tuntutan tidak bersyarat”. 

Etika keyakinan sering mencangkup penarikan diri dari dunia rasional,sementara etika tanggung jawabmelibatkan suatu perjuangan di dalam dunia untuk mencapai kemanusiaan yang lebih besar. Etika tanggung jawab setidaknya memberikan setitik harapan dalam menghadapi serangan gencar rasionalisasi dan birokratisasi.

C. Cara Pelaksanaan Birokrasi Ideal Rasional Max Weber Secara Singkat
Dalam bukunya, Miftah Toha menyatakan bahwa  birokrasi ideal yang rasional Weber singkatnya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
  1. Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.
  2. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada pejabat atasan dan bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil.
  3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu sama lainnya.
  4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian tugas (job description) masing-masing pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak.
  5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya, yang idealnya dilakukan melalui ujian yang kompetitif.
  6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginannya dan kontraknya dapat diakhiri dalam keadaan tertentu.
  7. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang objektif.
  8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
  9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin (Martin Albrow, 1996: 33) dan (Miftah Toha, 2002: 16-17).

1 komentar: