Sinopsis :
Jamila dan Sang Presiden adalah sebuah film layar perdana karya sutradara Ratna
Sarumpaet yang diadaptasi dari karya teaternya yang berjudul Pelacur dan Sang Presiden,
yang sempat meraih banyak pujian sekaligus kritikan dari beberapa pihak di
Indonesia selama masa pementasannya.
Film
ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Jamila, seorang pelacur yang
sejak kecil telah menjadi korban human trafficking. Hidup bukanlah
suatu hal yang dapat dihargai dan dianggap sesuatu yang indah dan bermakna bagi
Jamila. Datang dari sebuah keluarga miskin, ketika berumur enam tahun, ia
dijual oleh sang ayah kepada seorang agen perdagangan anak. Ia kemudian
berhasil melarikan diri dan kembali kepada kedua orangtuanya. Oleh sang ibu, ia
dititipkan kepada sebuah keluarga, dengan harapan agar Jamila dapat dibesarkan
dan disekolahkan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Disana, Jamila mulai hidup berkecukupan, dapat menikmati
sekolah, belajar mengaji, dan tekun sholat. Apa yang mau dikata, di
rumah tersebut ia kemudian malah menjadi bulan-bulanan seksual bagi dua orang
pria yang seharusnya melindungi Jamila dan dijadikannya sebagai keluarga baru
baginya. Merasa tertekan dan tak tahan lagi, kisah pelecehan ini berakhir
dengan terbunuhnya kedua pria tersebut dan kemudian Jamila melarikan diri dari
rumah tersebut.
Berbagai penderitaan hidup terus
dihadapinya sendirian hingga akhirnya ia bertemu dengan Susi, seorang PSK yang
baik hati yang kemudian dekat dengannya dan dianggapnya sebagai satu-satunya
teman baiknya. Demi adiknya yang bernama Fatimah, Jamila rela bekerja.
Tapi sayangnya disaat itulah Jamila akhirnya benar-benar terjerumus pada
praktek prostitusi.
Kisahpun
berlanjut pada perdagangan anak, sang adik juga terjerat dalam sindikat
prostitusi anak di Kalimantan. Dalam perjalanannya mencari ketentraman hidup
dan cinta kasih, Jamila pun menemukan seseorang pria baik hati yang bisa
menjaganya, dia adalah seorang menteri bernama Nurdin. Jamila merasa sangat
dihargai dan dicintai selama bersama Nurdin. Hingga suatu ketika masalah
statuspun menjadi impian Jamila, namun hal itu tidak dapat terjadi karena
sang menteri telah membuat Jamila kecewa. Hingga akhirnya terjadi pertengkaran
antara Jamila dan Nurdin yang berujung dengan kematian Nurdin. Kasusnya menarik perhatian seluruh negeri, sekaligus
menarik simpati beberapa kalangan, yang berusaha memintakan grasi bagi Jamila.
Walau begitu, Jamila tak bergeming dan menolak untuk mengajukan grasi pada
presiden. Ia lebih memilih untuk dihukum mati dan terlepas dari seluruh
penderitaan hidupnya selama ini.
Seorang
penulis bernama Ibrahim yang mencintai Jamila berjuang untuk membelanya dengan
mengirimkan pengacara untuknya, tapi sayangnya selalu saja ditolak. Kehadiran
Ketua Golongan Fanatik menekan pemerintah untuk mengganjar Jamila dengan
hukuman mati. Jamila akhirnya dijebloskan kedalam penjara khusus perempuan.
Penjara tersebut dikepalai oleh Ibu Ria, seorang sipir yang dikenal sangat
tegas dan ditakuti. Saat di dalam penjara, Jamila mendapatkan perlakuan yang
kasar dari Ibu Ria yang pada akhirnya malah menjadi orang yang terakhir kali
meminta Jamila merubah keputusannya agar melakukan grasi. Kisah ini berakhir
dengan eksekusi mati pada Jamila.
Komentar Terhadap Film:
Kesan pertama yang saya dapatkan di menit-menit pertama
ketika menonton film ini adalah “rumit dan berat”. Cukup banyak waktu yang saya
butuhkan untuk mencerna cerita dalam film ini. Ini dikarenakan banyaknya dialog
pada Jamila dan Sang Presiden yang terasa begitu kaku dan kurangnya
eksplorasi beberapa karakter yang muncul di dalam cerita sehingga cerita
terlalu berfokus pada Jamila yang pada akhirnya terlupakan bahwa
karakter-karakter lainnya juga butuh pengembangan. Contohnya, saya baru tahu
karakter ayah dan adik Jamila malah dari penjelasan yang bapak MIF (Dosen
Psikologi Sosial) berikan ketika film selesai diputar.
Terlepas dari beberapa kekurangan yang saya rasakan pada
film ini yang mungkin terjadi dikarenakan sang sutradara adalah seorang
sutradara teater yang sebelumnya belum pernah bersentuhan dengan dunia film dan
penulisan naskah film, sehingga menyebabkan masih terbawanya gaya pembawaan
teater ketika mengarahkan film ini, saya menganggap film ini merupakan film
yang sangat menarik, menyentuh hati dan membuat saya melek akan kenyataan kehidupan terutama fenomena human trafficking di negara kita.
Naskah film yang kuat, provokatif dan menyentuh serta
akting yang sangat baik dari jajaran pemeran film ini, membuat Jamila dan Sang Presiden menjadi sebuah Film yang wajib
ditonton oleh orang-orang berpendidikan seperti mahasiswa yang seharusnya
berada di garisan paling depan untuk memerangi kasus human trafficking dan kasus-kasus yang berhubungan dengan
pelanggaran HAM lainnya. Film bertema sosial politik seperti inilah yang
seharusnya lebih banyak lagi dibuat oleh para pembuat film di Indonesia, agar
masyarakat Indonesia tersentuh dan tergerak hatinya untuk lebih peduli terhadap
masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.
Relevansi dengan
Materi dalam Psikologi Sosial :
Sebenarnya
menurut saya, film ini relevan dengan hampir semua materi yang diajarkan dalam
Psikologi Sosial. Mulai dari konsep diri, hubungan interpersonal, sikap,
pengaruh sosial, agresi, kepemimpinan serta prasangka dan diskriminasi.
Relevansi
film ini dengan konsep diri dapat dilihat dari bagaiman seorang Jamila sangat
mengenal dirinya sendiri dan mengkonsepkan dirinya sebagai seorang aktivis
perempuan yang rela melakukan apapun demi membela nasib para anak dan perempuan
korban perdagangan manusia.
Hubungan interpersonal jelas terlihat
dari berbagai cerita dan adegan seperti kasih sayang seorang ibu dan anak serta
adik dan kakak, kemudian pernikahan yang diimpikan Jamila ketika bertemu Nurdin
serta perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang ayah di keluarga Wardiman yang
melakukan pelecehan terhadap Jamila yang harusnya dia rawat seperti anaknya
sendiri.
Relevansi
film ini dengan konsep sikap dapat dilihat dari beberapa sikap beraninya Jamila
melawan perdagangan manusia yang didasari oleh pengalamannya yang pernah
menjadi korban perdagangan serta caranya menghadapi berbagai situasi yang
menimpa dirinya.
Konsep pengaruh sosial terlihat
dari bagaiman Jamila pada akhirnya terjerumus kedalam dunia prostitusi dan
adegan-adegan lainnya.
Mengenai
konsep kepemimpinan, saya melihat kerelevanan dari beberapa adegan dalam film
ini yang menggambarkan gaya kepemimpinan di negara kita, serta bagaimana
seorang ketua golongan fanatik menekan pemerintah
untuk mengganjar Jamila dengan hukuman mati. Disini terlihat juga
bagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya berprasangka dan mendiskriminasi
Jamila yang adalah seorang pelacur sehingga mendapatkan berbagai tekanan dari
masyarakat.
Selain
beberapa konsep diatas, sebenarnya ada satu konsep yang menurut saya sangat
berkaitan dengan film ini, yakni Agresi. Agresi adalah ketika seseorang
mengalami satu kondisi emosi tertentu, yang sering terlihat adalah emosi marah.
Perasaan marah berlanjut pada keinginan untuk melampiaskan dalam bentuk
tertentu pada objek tertentu. Konsep ini terlihat jelas dalam kisah Jamila,
dimana sebenarnya berbagai penyimpangan seperti menjadi pelacur, pergaulan
bebas dan pembunuhan yang dilakukannya, merupakan agresi yang dilatarbelakangi
oleh rasa geramnya terhadap ketidakadilan yang diterimanya sedari kecil. Mulai
dari ayahnya yang menjual dirinya, orang yang dipercaya ibunya malah
memperkosanya, sikap pemerintah yang kurang tegas dalam menangani berbagai
kasus yang dialaminya serta berbagai ketidak adilan lainnya yang pada akhirnya
membuat Jamila melakukan agresi berupa perlawanan dan perjuangan tiada henti
hingga dia dieksekusi sebagai seorang terpidana kasus pembunuhan kekasihnya
sendiri yang telah menghianatinya.